Makna
‘Cinta Sejati’ terus dicari dan digali. Manusia dari zaman ke zaman
seakan tidak pernah bosan membicarakannya. Sebenarnya? apa itu ‘Cinta
Sejati’ dan bagaimana pandangan Islam terhadapnya?
Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga terlimpahkan kepada nabi Muhammad, keluarga dan sahabatnya.
Masyarakat
di belahan bumi manapun saat ini sedang diusik oleh mitos ‘Cinta
Sejati‘, dan dibuai oleh impian ‘Cinta Suci’. Karenanya, rame-rame,
mereka mempersiapkan diri untuk merayakan hari cinta “Valentine’s Day”.
Pada
kesempatan ini, saya tidak ingin mengajak saudara menelusuri sejarah
dan kronologi adanya peringatan ini. Dan tidak juga ingin membicarakan
hukum mengikuti perayaan hari ini. Karena saya yakin, anda telah banyak
mendengar dan membaca tentang itu semua. Hanya saja, saya ingin mengajak
saudara untuk sedikit menyelami: apa itu cinta? Adakah cinta sejati dan
cinta suci? Dan cinta model apa yang selama ini menghiasi hati anda?
Seorang
peneliti dari Researchers at National Autonomous University of Mexico
mengungkapkan hasil risetnya yang begitu mengejutkan. Menurutnya: Sebuah
hubungan cinta pasti akan menemui titik jenuh, bukan hanya karena
faktor bosan semata, tapi karena kandungan zat kimia di otak yang
mengaktifkan rasa cinta itu telah habis. Rasa tergila-gila dan cinta
pada seseorang tidak akan bertahan lebih dari 4 tahun. Jika telah
berumur 4 tahun, cinta sirna, dan yang tersisa hanya dorongan seks,
bukan cinta yang murni lagi.
Menurutnya,
rasa tergila-gila muncul pada awal jatuh cinta disebabkan oleh aktivasi
dan pengeluaran komponen kimia spesifik di otak, berupa hormon dopamin,
endorfin, feromon, oxytocin, neuropinephrine yang membuat seseorang
merasa bahagia, berbunga-bunga dan berseri-seri. Akan tetapi seiring
berjalannya waktu, dan terpaan badai tanggung jawab dan dinamika
kehidupan efek hormon-hormon itu berkurang lalu menghilang. (sumber:
www.detik.com Rabu, 09/12/2009 17:45 WIB).
Wah,
gimana tuh nasib cinta yang selama ini anda dambakan dari pasangan
anda? Dan bagaimana nasib cinta anda kepada pasangan anda? Jangan-jangan
sudah lenyap dan terkubur jauh-jauh hari.
Anda
ingin sengsara karena tidak lagi merasakan indahnya cinta pasangan anda
dan tidak lagi menikmati lembutnya buaian cinta kepadanya? Ataukah anda
ingin tetap merasakan betapa indahnya cinta pasangan anda dan juga
betapa bahagianya mencintai pasangan anda?
Saudaraku,
bila anda mencintai pasangan anda karena kecantikan atau ketampanannya,
maka saat ini saya yakin anggapan bahwa ia adalah orang tercantik dan
tertampan, telah luntur.
Bila
dahulu rasa cinta anda kepadanya tumbuh karena ia adalah orang yang
kaya, maka saya yakin saat ini, kekayaannya tidak lagi spektakuler di
mata anda.
Bila
rasa cinta anda bersemi karena ia adalah orang yang berkedudukan tinggi
dan terpandang di masyarakat, maka saat ini kedudukan itu tidak lagi
berkilau secerah yang dahulu menyilaukan pandangan anda.
Saudaraku!
bila anda terlanjur terbelenggu cinta kepada seseorang, padahal ia
bukan suami atau istri anda, ada baiknya bila anda menguji kadar cinta
anda. Kenalilah sejauh mana kesucian dan ketulusan cinta anda kepadanya.
Coba anda duduk sejenak, membayangkan kekasih anda dalam keadaan ompong
peyot, pakaiannya compang-camping sedang duduk di rumah gubuk yang
reot. Akankah rasa cinta anda masih menggemuruh sedahsyat yang anda
rasakan saat ini?
Para
ulama’ sejarah mengisahkan, pada suatu hari Abdurrahman bin Abi Bakar
radhiallahu ‘anhu bepergian ke Syam untuk berniaga. Di tengah jalan, ia
melihat seorang wanita berbadan semampai, cantik nan rupawan bernama
Laila bintu Al Judi. Tanpa diduga dan dikira, panah asmara Laila melesat
dan menghujam hati Abdurrahman bin Abi Bakar radhiallahu ‘anhu. Maka
sejak hari itu, Abdurrahman radhiallahu ‘anhu mabok kepayang karenanya,
tak kuasa menahan badai asmara kepada Laila bintu Al Judi. Sehingga
Abdurrahman radhiallahu ‘anhu sering kali merangkaikan bair-bait syair,
untuk mengungkapkan jeritan hatinya. Berikut di antara bait-bait syair
yang pernah ia rangkai:
Aku senantiasa teringat Laila yang berada di seberang negeri Samawah
Duhai, apa urusan Laila bintu Al Judi dengan diriku?
Hatiku senantiasa diselimuti oleh bayang-bayang sang wanita
Paras wajahnya slalu membayangi mataku dan menghuni batinku.
Duhai, kapankah aku dapat berjumpa dengannya,
Semoga bersama kafilah haji, ia datang dan akupun bertemu.
Karena
begitu sering ia menyebut nama Laila, sampai-sampai Khalifah Umar bin
Al Khattab radhiallahu ‘anhu merasa iba kepadanya. Sehingga tatkala
beliau mengutus pasukan perang untuk menundukkan negeri Syam, ia
berpesan kepada panglima perangnya: bila Laila bintu Al Judi termasuk
salah satu tawanan perangmu (sehingga menjadi budak), maka berikanlah
kepada Abdurrahman radhiallahu ‘anhu. Dan subhanallah, taqdir Allah
setelah kaum muslimin berhasil menguasai negeri Syam, didapatkan Laila
termasuk salah satu tawanan perang. Maka impian Abdurrahmanpun segera
terwujud. Mematuhi pesan Khalifah Umar radhiallahu ‘anhu, maka Laila
yang telah menjadi tawanan perangpun segera diberikan kepada Abdurrahman
radhiallahu ‘anhu.
Anda
bisa bayangkan, betapa girangnya Abdurrahman, pucuk cinta ulam tiba,
impiannya benar-benar kesampaian. Begitu cintanya Abdurrahman
radhiallahu ‘anhu kepada Laila, sampai-sampai ia melupakan
istri-istrinya yang lain. Merasa tidak mendapatkan perlakuan yang
sewajarnya, maka istri-istrinya yang lainpun mengadukan perilaku
Abdurrahman kepada ‘Aisyah istri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam yang merupakan saudari kandungnya.
Menyikapi teguran saudarinya, Abdurrahman berkata: “Tidakkah engkau saksikan betapa indah giginya, yang bagaikan biji delima?”
Akan
tetapi tidak begitu lama Laila mengobati asmara Abdurrahman, ia ditimpa
penyakit yang menyebabkan bibirnya “memble” (jatuh, sehingga giginya
selalu nampak). Sejak itulah, cinta Abdurrahman luntur dan bahkan sirna.
Bila dahulu ia sampai melupakan istri-istrinya yang lain, maka sekarang
iapun bersikap ekstrim. Abdurrahman tidak lagi sudi memandang Laila dan
selalu bersikap kasar kepadanya. Tak kuasa menerima perlakuan ini,
Lailapun mengadukan sikap suaminya ini kepada ‘Aisyah radhiallahu ‘anha.
Mendapat pengaduan Laila ini, maka ‘Aisyahpun segera menegur saudaranya
dengan berkata:
يا عبد الرحمن لقد أحببت ليلى وأفرطت، وأبغضتها فأفرطت، فإما أن تنصفها، وإما أن تجهزها إلى أهلها، فجهزها إلى أهلها.
“Wahai
Abdurrahman, dahulu engkau mencintai Laila dan berlebihan dalam
mencintainya. Sekarang engkau membencinya dan berlebihan dalam
membencinya. Sekarang, hendaknya engkau pilih: Engkau berlaku adil
kepadanya atau engkau mengembalikannya kepada keluarganya. Karena
didesak oleh saudarinya demikian, maka akhirnya Abdurrahmanpun
memulangkan Laila kepada keluarganya. (Tarikh Damaskus oleh Ibnu ‘Asakir
35/34 & Tahzibul Kamal oleh Al Mizzi 16/559)
Bagaimana
saudaraku! Anda ingin merasakan betapa pahitnya nasib yang dialami oleh
Laila bintu Al Judi? Ataukah anda mengimpikan nasib serupa dengan yang
dialami oleh Abdurrahman bin Abi Bakar radhiallahu ‘anhu?(1)
Tidak
heran bila nenek moyang anda telah mewanti-wanti anda agar senantiasa
waspada dari kenyataan ini. Mereka mengungkapkan fakta ini dalam
ungkapan yang cukup unik: Rumput tetangga terlihat lebih hijau dibanding
rumput sendiri.
Anda penasaran ingin tahu, mengapa kenyataan ini bisa terjadi?
Temukan rahasianya pada sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berikut ini:
الْمَرْأَةُ عَوْرَةٌ فَإِذَا خَرَجَتِ اسْتَشْرَفَهَا الشَّيْطَانُ. رواه الترمذي وغيره
“Wanita
itu adalah aurat (harus ditutupi), bila ia ia keluar dari rumahnya,
maka setan akan mengesankannya begitu cantik (di mata lelaki yang bukan
mahramnya).” (Riwayat At Tirmizy dan lainnya)
Orang-orang Arab mengungkapkan fenomena ini dengan berkata:
كُلُّ مَمْنُوعٍ مَرْغُوبٌ
Setiap yang terlarang itu menarik (memikat).
Dahulu,
tatkala hubungan antara anda dengannya terlarang dalam agama, maka
setan berusaha sekuat tenaga untuk mengaburkan pandangan dan akal sehat
anda, sehingga anda hanyut oleh badai asmara. Karena anda hanyut dalam
badai asmara haram, maka mata anda menjadi buta dan telinga anda menjadi
tuli, sehingga andapun bersemboyan: Cinta itu buta. Dalam pepatah arab
dinyatakan:
حُبُّكَ الشَّيْءَ يُعْمِي وَيُصِمُّ
Cintamu kepada sesuatu, menjadikanmu buta dan tuli.
Akan
tetapi setelah hubungan antara anda berdua telah halal, maka spontan
setan menyibak tabirnya, dan berbalik arah. Setan tidak lagi
membentangkan tabir di mata anda, setan malah berusaha membendung badai
asmara yang telah menggelora dalam jiwa anda. Saat itulah, anda mulai
menemukan jati diri pasangan anda seperti apa adanya. Saat itu anda
mulai menyadari bahwa hubungan dengan pasangan anda tidak hanya sebatas
urusan paras wajah, kedudukan sosial, harta benda. Anda mulai menyadari
bahwa hubungan suami-istri ternyata lebih luas dari sekedar paras wajah
atau kedudukan dan harta kekayaan. Terlebih lagi, setan telah berbalik
arah, dan berusaha sekuat tenaga untuk memisahkan antara anda berdua
dengan perceraian:
فَيَتَعَلَّمُونَ مِنْهُمَا مَا يُفَرِّقُونَ بِهِ بَيْنَ الْمَرْءِ وَزَوْجِهِ. البقرة 102
“Maka
mereka mempelajari dari Harut dan Marut (nama dua setan) itu apa yang
dengannya mereka dapat menceraikan (memisahkan) antara seorang (suami)
dari istrinya.” (Qs. Al Baqarah: 102)
Mungkin anda bertanya, lalu bagaimana saya harus bersikap?
Bersikaplah
sewajarnya dan senantiasa gunakan nalar sehat dan hati nurani anda.
Dengan demikian, tabir asmara tidak menjadikan pandangan anda kabur dan
anda tidak mudah hanyut oleh bualan dusta dan janji-janji palsu.
Mungkin
anda kembali bertanya: Bila demikian adanya, siapakah yang sebenarnya
layak untuk mendapatkan cinta suci saya? Kepada siapakah saya harus
menambatkan tali cinta saya?
Simaklah jawabannya dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
تُنْكَحُ
الْمَرْأَةُ لأَرْبَعٍ لِمَالِهَا وَلِحَسَبِهَا وَجَمَالِهَا
وَلِدِينِهَا ، فَاظْفَرْ بِذَاتِ الدِّينِ تَرِبَتْ يَدَاكَ. متفق عليه
“Biasanya,
seorang wanita itu dinikahi karena empat alasan: karena harta
kekayaannya, kedudukannya, kecantikannya dan karena agamanya. Hendaknya
engkau menikahi wanita yang taat beragama, niscaya engkau akan bahagia
dan beruntung.” (Muttafaqun ‘alaih)
Dan pada hadits lain beliau bersabda:
إِذَا
خَطَبَ إِلَيْكُمْ مَنْ تَرْضَوْنَ دِينَهُ وَخُلُقَهُ فَزَوِّجُوهُ
إِلاَّ تَفْعَلُوا تَكُنْ فِتْنَةٌ فِى الأَرْضِ وَفَسَادٌ عَرِيضٌ. رواه
الترمذي وغيره.
“Bila
ada seorang yang agama dan akhlaqnya telah engkau sukai, datang
kepadamu melamar, maka terimalah lamarannya. Bila tidak, niscaya akan
terjadi kekacauan dan kerusakan besar di muka bumi.” (Riwayat At Tirmizy
dan lainnya)
Cinta
yang tumbuh karena iman, amal sholeh, dan akhlaq yang mulia, akan
senantiasa bersemi. Tidak akan lekang karena sinar matahari, dan tidak
pula luntur karena hujan, dan tidak akan putus walaupun ajal telah
menjemput.
الأَخِلاَّء يَوْمَئِذٍ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ إِلاَّ الْمُتَّقِينَ. الزخرف 67
“Orang-orang
yang (semasa di dunia) saling mencintai pada hari itu sebagiannya
menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang
bertaqwa.” (Qs. Az Zukhruf: 67)
Saudaraku!
Cintailah kekasihmu karena iman, amal sholeh serta akhlaqnya, agar
cintamu abadi. Tidakkah anda mendambakan cinta yang senantiasa menghiasi
dirimu walaupun anda telah masuk ke dalam alam kubur dan kelak
dibangkitkan di hari kiamat? Tidakkah anda mengharapkan agar kekasihmu
senantiasa setia dan mencintaimu walaupun engkau telah tua renta dan
bahkan telah menghuni liang lahat?
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
ثَلاَثٌ
مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ حَلاَوَةَ الإِيمَانِ: أَنْ يَكُونَ اللَّهُ
وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا، وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ
لاَ يُحِبُّهُ إِلاَّ لِلَّهِ، وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِى
الْكُفْرِ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِى النَّارِ. متفق عليه
“Tiga
hal, bila ketiganya ada pada diri seseorang, niscaya ia merasakan
betapa manisnya iman: Bila Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai dibanding
selain dari keduanya, ia mencintai seseorang, tidaklah ia mencintainya
kecuali karena Allah, dan ia benci untuk kembali kepada kekufuran
setelah Allah menyelamatkan dirinya, bagaikan kebenciannya bila hendak
diceburkan ke dalam kobaran api.” (Muttafaqun ‘alaih)
Saudaraku!
hanya cinta yang bersemi karena iman dan akhlaq yang mulialah yang suci
dan sejati. Cinta ini akan abadi, tak lekang diterpa angin atau sinar
matahari, dan tidak pula luntur karena guyuran air hujan.
Yahya
bin Mu’az berkata: “Cinta karena Allah tidak akan bertambah hanya
karena orang yang engkau cintai berbuat baik kepadamu, dan tidak akan
berkurang karena ia berlaku kasar kepadamu.” Yang demikian itu karena
cinta anda tumbuh bersemi karena adanya iman, amal sholeh dan akhlaq
mulia, sehingga bila iman orang yang anda cintai tidak bertambah, maka
cinta andapun tidak akan bertambah. Dan sebaliknya, bila iman orang yang
anda cintai berkurang, maka cinta andapun turut berkurang. Anda cinta
kepadanya bukan karena materi, pangkat kedudukan atau wajah yang
rupawan, akan tetapi karena ia beriman dan berakhlaq mulia. Inilah cinta
suci yang abadi saudaraku.
Saudaraku!
setelah anda membaca tulisan sederhana ini, perkenankan saya bertanya:
Benarkah cinta anda suci? Benarkah cinta anda adalah cinta sejati?
Buktikan saudaraku…
Wallahu a’alam bisshowab, mohon maaf bila ada kata-kata yang kurang berkenan atau menyinggung perasaan.
***
Ustadz Muhammad Arifin Badri, M.A.
Dipublikasi ulang dari www.pengusahamuslim.com
Footnote:
1)
Saudaraku, setelah membaca kisah cinta sahabat Abdurrahman bin Abi
Bakar ini, saya harap anda tidak berkomentar atau berkata-kata buruk
tentang sahabat Abdurrahman bin Abi Bakar. Karena dia adalah salah
seorang sahabat nabi, sehingga memiliki kehormatan yang harus anda jaga.
Adapun kesalahan dan kekhilafan yang terjadi, maka itu adalah hal yang
biasa, karena dia juga manusia biasa, bisa salah dan bisa khilaf. Amal
kebajikan para sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam begitu banyak
sehingga akan menutupi kekhilafannya. Jangan sampai anda merasa bahwa
diri anda lebih baik dari seseorang apalagi sampai menyebabkan anda
mencemoohnya karena kekhilafan yang ia lakukan. Disebutkan pada salah
satu atsar (ucapan seorang ulama’ terdahulu):
مَنْ عَيَّرَ أَخَاهُ بِذَنْبٍ مَنْ عَابَهُ بِهِ لَمْ يَمُتْ حَتَّى يَعْمَلَهُ
“Barang siapa mencela saudaranya karena suatu dosa yang ia lakukan, tidaklah ia mati hingga terjerumus ke dalam dosa yang sama.”
Selasa, 23 Oktober 2012
~ {Agungnya cinta yang kau anugrahkan } ~
Pernah kurasa Cinta itu.... kusangka cinta
itu meragukan.. tapi sesaat kuteguk, manisnya mengarungi hingga langit
ke tujuh.... indah terlihat....
tapi....pintu hatiku belum sudi menerima sang pujangga... entah mengapa.... tapi dari lubuk hatiku kudambakan dia sebenar-benarnya..... ingin kubersamanya menjadi panglima perkasa hidupku menuju Jannah-Nya.....
berjumpa sang kekasih hati..... jiwa dan raga seakan hilang terobati akan semua kelelahanku yang kualami...
tapi....pintu hatiku belum sudi menerima sang pujangga... entah mengapa.... tapi dari lubuk hatiku kudambakan dia sebenar-benarnya..... ingin kubersamanya menjadi panglima perkasa hidupku menuju Jannah-Nya.....
apa daya ku dapat hanya sekuntum bunga berkas lamaran yang belum
kuterima... hanya sebuah kenangan belaka tanpa berbekas cinta yang
halal... ta'aruf sudah akan diberlangsungkan, tapi secercah kata "iya"
belum kusampaikan kepada pujaan hatiku.... siapa yang tidak akan terima
akan permohonannya ini, yang akan menjadikanku Ratu di istananya?
kemilau ketampanannya bagaikan Nabi Yusuf yang menarik hati para gadis se-istana....
kemuliaan akhlaqnya akan hidup yang ia jalani.....
keistiqamahannya juga kedalaman ilmu-ilmu yang ia punya untuk mengarungi dawah dimana-mana......
tapi kini ku hanya bisa memendam rindu dan menyimpan sepetik kenangan
manis yang tak pernah berujung pada Kecintaan Illahi..... Yaa Waduud,
gantikanlah panglimaku dengan panglima yang lebih baik lagi, jika ia
bukan Imamku yang sebenarnya.... Duhai Qalbu, hapuskanlah rindu-rindumu
pada sang pujangga yang pernah manaruh cintanya padamu...... agar
cintamu labih kuat kepada Allah SWT, daripada kepada hamba-hamba-Nya,
senantiasa mendekatlah kepada-Nya, karena sungguh Maha Cinta yang
menganugrahkan Cinta kepada Hamba-hambanya....
walhamdulillah Allah telah melimpahkan petunjuk kepadaku dengan obat
penawar rasa rindu Si dia...inilah sebuah obat penawar yaitu beberapa
nasihat yang terangkum dalam petikan kata-kata syahdu....
bismillah...... kumohon hilangkan rasa rindu dengan mulainya niatku ini
pada Engkau, Yaa Allah.....
"Tak bisa disangkal, manusia akan selalu bersentuhan dengan cinta.
Sementara kecintaan memberikan buah kerinduan. Orang yang mencinta akan
rindu kepada orang yang dicintainya.
Kerinduan kepada kekasih, seringkali membekaskan duka. Karena sudah tahu bahwa pacaran bukanlah jalan yang halal untuk ditempuh,
maka nikahlah satu-satunya yang jadi pilihan. Padahal si pria belum
mampu memberi nafkah lahir. Wanita pun masih muda dan dituntut oleh
orang tua untuk menyelesaikan sekolah atau meraih gelar. Akhirnya,
karena tidak kesampaian untuk nikah, maka pacaran terselubung sebagai
jalan keluar karena tidak kuat menahan rasa rindu pada si dia. Lewat
chatting, inbox FB atau sms jadi jalur alternatif.
Inilah yang dialami pemuda masa kini. Mungkin juga dialami para
aktivis dakwah. Agar dikira tidak melalui pacaran, maka sms dan chatting
yang jadi pilihan. Seharusnya rasa rindu ini bisa dipendam dengan
melakukan beberapa kiat yang akan kami utarakan[1]. Semoga Allah senantiasa memberi taufik.
Terapi dari Rasa Rindu dengan Segera Nikah
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
يَا مَعْشَرَ الشَّبَابِ
مَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمُ الْبَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْ فَإِنَّهُ أَغَضُّ
لِلْبَصَرِ وَأَحْصَنُ لِلْفَرْجِ وَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَعَلَيْهِ
بِالصَّوْمِ فَإِنَّهُ لَهُ وِجَاءٌ
“Wahai para pemuda, barangsiapa yang memiliki baa-ah[2],
maka menikahlah. Karena itu lebih akan menundukkan pandangan dan lebih
menjaga kemaluan. Barangsiapa yang belum mampu, maka berpuasalah karena
puasa itu bagai obat pengekang baginya.”[3]
Yang dimaksud dengan syabab (pemuda) di sini adalah siapa saja yang
belum mencapai usia 30 tahun. Inilah pendapat ulama-ulama Syafi’iyah.[4]
Secara bahasa, baa-ah bermakna jima’ (berhubungan suami
istri). Sedangkan mengenai makna baa’ah dalam hadits di atas terdapat
ada dua pendapat di antara para ulama, namun intinya kembali pada satu
makna.
Pertama: makna baa-ah adalah sebagaimana makna secara bahasa yaitu jima’.
Sehingga makna hadits adalah barangsiapa yang mempunyai kemampuan untuk
berjima’ karena mampu memberi nafkah nikah, maka menikahlah.
Barangsiapa yang tidak mampu berjima’ karena ketidakmampuannya memberi
nafkah, maka hendaklah ia memperbanyak puasa untuk menekan syahwatnya
dan untuk menghilangkan angan-angan jeleknya.
Pendapat kedua: makna baa-ah
adalah kemampuan memberi nafkah. Dimaknakan demikian karena konsekuensi
dari seseorang mampu berjima’, maka tentu ia harus mampu memberi
nafkah. Sehingga makna hadits adalah barangsiapa yang telah mampu
memberi nafkah nikah, maka hendaklah ia menikah. Barangsiapa yang tidak
mampu, maka berpuasalah untuk menekan syahwatnya.
Jadi maksud dari dua pendapat ini adalah sama yaitu harus punya
kemampuan untuk memberi nafkah. Sehingga inilah yang menjadi syarat
seseorang (khususnya pria) untuk membina rumah tangga dengan kekasih
pilihan, yaitu ia memiliki kemampuan untuk memberi nafkah keluarga. Hal
ini yang banyak disalahpahami sebagian pemuda. Mereka ngebet minta nikah
pada ortunya. Padahal sesuap nasi saja masih ngemis pada ortunya. Hanya Allah yang memberi taufik.
Dari sini, barangsiapa yang memiliki kemampuan, maka segeralah untuk
menikah guna memadamkan rasa rindu yang ada. Menikah di sini tidak mesti
dengan orang yang selalu dirindukan. Boleh jadi, juga dengan orang
lain. Karena nikah telah mencukupkan segala kebutuhan jiwa di samping
dalam nikah akan ditemui banyak keberkahan. Jika memungkinkan menikah
dengan orang yang dirindukan, maka menikahlah dengannya. Ini merupakan
terapi manjur.
Berusaha untuk Ikhlas dalam Beribadah
Ikhlas adalah obat manjur penyakit rindu. Jika seseorang benar-benar
ikhlas menghadapkan diri pada Allah, maka Allah akan menolongnya dari
penyakit rindu dengan cara yang tak pernah terbetik di hati sebelumnya.
Cinta pada Allah dan nikmat dalam beribadah akan mengalahkan cinta-cinta
lainnya.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan, “Sungguh, jika hati telah
merasakan manisnya ibadah kepada Allah dan ikhlas kepada-Nya, niscaya ia
tidak akan menjumpai hal-hal lain yang lebih manis, lebih indah, lebih
nikmat dan lebih baik daripada Allah. Manusia tidak akan meninggalkan
sesuatu yang dicintainya, melainkan setelah memperoleh kekasih lain yang
lebih dicintainya. Atau karena adanya sesuatu yang ditakutinya. Cinta
yang buruk akan bisa dihilangkan dengan cinta yang baik. Atau takut
terhadap sesuatu yang membahayakannya.”
Hati yang tidak ikhlas akan selalu diombang-ambingkan nafsu,
keinginan, tuntutan serta cinta yang memabukkan. Keadaannya tak beda
dengan sepotong ranting yang meliuk ke sana kemari mengikuti arah angin.
Banyak Memohon pada Allah
Setiap do’a yang kita panjatkan pasti akan bermanfaat. Boleh jadi
do’a tersebut segera dikabulkan oleh Allah. Boleh jadi sebagai simpanan
di akhirat. Boleh jadi dengan do’a kita tadi, Allah akan menghilangkan
kejelekan yang semisal.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
« ما مِنْ مُسْلِمٍ
يَدْعُو بِدَعْوَةٍ لَيْسَ فِيهَا إِثْمٌ وَلاَ قَطِيعَةُ رَحِمٍ إِلاَّ
أَعْطَاهُ اللَّهُ بِهَا إِحْدَى ثَلاَثٍ إِمَّا أَنْ تُعَجَّلَ لَهُ
دَعْوَتُهُ وَإِمَّا أَنْ يَدَّخِرَهَا لَهُ فِى الآخِرَةِ وَإِمَّا أَنُْ
يَصْرِفَ عَنْهُ مِنَ السُّوءِ مِثْلَهَا ». قَالُوا إِذاً نُكْثِرُ. قَالَ
« اللَّهُ أَكْثَرُ »
“Tidaklah seorang muslim memanjatkan do’a pada Allah selam tidak
mengandung dosa dan memutuskan silaturahmi (antar kerabat, pen)
melainkan Allah akan beri padanya tiga hal: [1] Allah akan segera
mengabulkan do’anya, [2] Allah akan menyimpannya baginya di akhirat
kelak, dan [3] Allah akan menghindarkan darinya kejelekan yang semisal.” Para sahabat lantas mengatakan, “Kalau begitu kami akan memperbanyak berdo’a.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas berkata, “Allahu akbar (Allah Maha besar).”[5]
Ketika seseorang berada dalam kesempitan dan dia bersungguh-sungguh
dalam berdo’a, merasakan kebutuhannya pada Allah, niscaya Allah akan
mengabulkan do’anya. Termasuk di antaranya apabila seseorang memohon
pada Allah agar dilepaskan dari penyakit rindu dan kasmaran yang terasa
mengoyak-ngoyak hatinya. Penyakit yang menyebabkan dirinya gundah
gulana, sedih dan sengsara. Oleh karena itu, perbanyaklah do’a.
Memenej Pandangan
Pandangan yang berulang-ulang adalah pemantik terbesar yang
menyalakan api hingga terbakarlah api dengan kerinduan. Orang yang
memandang dengan sepintas saja jarang yang mendapatkan rasa kasmaran.
Namun pandangan yang berulang-ulanglah yang merupakan biang kehancuran.
Oleh karena itu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan kita untuk menundukkan pandangan agar hati ini tetap terjaga. Dari Jarir bin Abdillah, beliau mengatakan,
سَأَلْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- عَنْ نَظَرِ الْفُجَاءَةِ فَأَمَرَنِى أَنْ أَصْرِفَ بَصَرِى
“Aku bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
tentang pandangan yang cuma selintas (tidak sengaja). Kemudian
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan kepadaku agar aku
segera memalingkan pandanganku.”[6]
Mujahid mengatakan,
غَضُّ الْبَصَرِ عَنْ مَحَارِمِ اللَّهِ يُورِثُ حُبَّ اللَّهِ
“Menundukkan pandangan dari berbagai hal yang diharamkan oleh Allah, akan menimbulkan rasa cinta pada Allah.”[7]Berarti
menahan pandangan dari wanita yang bukan mahrom akan menimbulkan rasa
cinta pada Allah. Menundukkan pandangan yang dimaksud di sini ada dua
macam yaitu memandang aurat sesama jenis dan memandang wanita yang bukan
mahram.
Tiga faedah dari menundukkan pandangan telah disebutkan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah[8].
Pertama: Akan
merasakan manis dan lezatnya iman. Barangsiapa meninggalkan sesuatu
karena Allah, Dia akan memberi ganti dengan yang lebih baik.
Kedua: Akan memberi cahaya pada hati dan akan memiliki firasat yang begitu cemerlang.
Ketiga: Akan lebih menguatkan hati.
Lebih Giat Menyibukkan Diri
Dalam situasi kosong kegiatan biasanya seseorang lebih mudah untuk
berangan memikirkan orang yang ia cintai. Dalam keadaan sibuk luar biasa
berbagai pikiran tersebut mudah untuk lenyap begitu saja. Oleh karena
itu, untuk memangkas kerinduan seseorang hendaknya menyibukkan diri
dengan hal-hal yang bermanfaat baik untuk dunia atau akhirat. Hakikat
dari rasa rindu adalah kesibukan hati yang kosong. Di kala sepi sendiri,
tanpa aktivitas muncullah bayangan sang kekasih, wajah, gerak-gerik,
dan segala yang berkaitan dengannya. Seluruhnya hanya sekedar bayangan
dan khayalan yang berakhir dengan kesedihan diri. Tiada manfaatnya
sedikit pun bagi kehidupan kita.
Ibnul Qayyim menyebutkan nasehat seorang sufi yang ditujukan pada Imam Asy Syafi’i. Ia berkata,
وَنَفْسُكَ إِنْ أَشْغَلَتْهَا بِالحَقِّ وَإِلاَّ اشْتَغَلَتْكَ بِالبَاطِلِ
“Jika dirimu tidak tersibukkan dengan hal-hal yang baik (haq), pasti akan tersibukkan dengan hal-hal yang sia-sia (batil).”[9]
Menghindari Nyanyian dan Film Percintaan
Nyanyian dan film-film percintaan memiliki andil besar untuk
mengobarkan kerinduan pada orang yang dicintai. Apalagi jika nyanyian
tersebut dikemas dengan mengharu biru, mendayu-dayu tentu akan
menggetarkan hati orang yang sedang ditimpa kerinduan. Akibatnya rasa
rindu kepadanya semakin memuncak, berbagai angan-angan yang menyimpang
pun terbetik dalam hati dan pikiran. Bila demikian, sudah layak jika
nyanyian dan tontonan seperti ini dan secara umum ditinggalkan. Demi
keselamatan dan kejernihan hati. Sehingga sempat diungkapkan oleh
beberapa ulama nyanyian adalah mantera-mantera zina.
Ibnu Mas’ud mengatakan, “Nyanyian menumbuhkan kemunafikan dalam hati sebagaimana air menumbuhkan sayuran.”
Fudhail bin Iyadh[10] mengatakan, “Nyanyian adalah mantera-mantera zina.”
Adh Dhohak[11] mengatakan, “Nyanyian itu akan merusak hati dan akan mendatangkan kemurkaan Allah.”[12]
Imam Asy Syafi’i berkata, “Nyanyian adalah suatu hal yang sia-sia yang tidak kusukai karena nyanyian itu adalah seperti kebatilan. Siapa saja yang sudah kecanduan mendengarkan nyanyian, maka persaksiannya tertolak.”[13]
Bayangkan Kekurang Si Dia
Ingatlah selalu, orang yang engkau rindukan bukanlah pribadi yang
sempurna. Ia sangat banyak kekurangan, sehingga tidak layak untuk
dipuja, disanjung atau senantiasa dirindukan. Orang yang dirindukan
sebenarnya tidak seperti yang dikhayalkan dalam lamuman.
Ibnul Jauzi berkata, “Sesungguhnya manusia itu penuh dengan najis dan
kotoran. Sementara orang yang dimabuk cinta senantiasa melihat
kekasihnya dalam keadaan sempurna. Disebabkan cinta ia tidak lagi
melihat adanya aib.”
Kita bisa menghukumi sesuatu dengan timbangan keadilan sedangkan
orang yang sedang kasmaran tengah dikuasai oleh hawa nafsunya sehingga
tak dapat bersikap dengan adil. Kecintaannya menutupi seluruh aib yang
dimiliki oleh pasangannya.
Para ahli hikmah berkata, “Mata yang diliputi oleh hawa nafsu akan menjadi buta.”
Semoga Allah memberi taufik. Segala puji bagi Allah yang dengan nikmat-Nya segala kebaikan menjadi sempurna.
Langganan:
Postingan (Atom)