Ads 468x60px

Rabu, 17 Oktober 2012

“Allah, Siapa Jodohku?”



“Allah, Siapa Jodohku?”
 Terkadang pertanyaan semacam ini sering terbersit di benak kita,
terlebih ketika kita menyadari usia yang terus beranjak, dan kita sudah tidak muda lagi. 
Hmm…. Masalah jodoh memang penuh misteri.., dan hanya Allah yang mengetahui siapa jodoh kita dan kapan kita akan di pertemukan dengannya. Tapi yakinlah sahabat, Allah pembuat scenario terbaik, sutradara terbaik dalam kehidupan ini. 
Allah sudah menetapkan jodoh kita di Lauh Mahfudz sana, jauh sebelum kita lahir ke dunia ini. Tugas kita sekarang adalah meningkatkan ikhtiar. Meningkatkan kualitas diri sehingga Allah berkenan memberikan kita pasangan yang shaleh/shalehah.
Jodoh memang penuh misteri, dan terkadang penuh kejutan. Ada yang telah melalang buana ke berbagai penjuru daerah, ternyata jodohnya adalah tetangga sendiri, teman sekolah, teman kuliah, teman kantor, teman organisasi di kampus atau bahkan teman di FB. Ada yang baru ketemu sekali dan merasa cocok kemudian memutuskan untuk menikah. 
Ada juga yang pacaran bertahun-tahun tapi ternyata tidak berjodoh, malah jodohnya adalah orang yang baru dia temui . Ada yang menikah karena di jodohkan oleh kedua ortu, di kenalkan oleh teman, atau melalui proses Murabbi atau Murabbiyah. Ada yang menikah di usia dini, ada juga yang harus menunggu sampai usia 30/40 tahun. Ada yang pertama kali berinteraksi, langsung mengetahui bahwa dia jodohnya. Ada pula yang sudah kenal sebelumnya dan tidak pernah menduga, ternyata berjodoh. Jodoh benar-benar misteri, apakah kita akan berjodoh dengan orang yang belum dikenal sebelumnya atau bahkan orang yang sudah kita kenal dan dekat di sekitar kita. Tinggal kita yang memilih akan menjemput jodoh yang disertai keberkahan atau tidak. Apapun ikhtiar yang dilakukan, semoga menuai berkah Allah.
Jika di awal jalan menuju pernikahan saja sudah tidak berkah, maka mungkinkah keberkahan berumah tangga akan terwujud? Jika sebelum menikah kita telah melakukan hal-hal yang Allah haramkan, seperti pacaran, atau bahkan melakukan zina, mungkinkah kelak kita berhak mendapatkan pasangan yang shaleh/shalehah. Bukankah kita sudah yakin dengan janji-Nya yang tertuang seperti ini dalam ayat cinta-Nya?
“Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). Bagi mereka ampunan dan rezki yang mulia (surga).
                                                                                      ” (QS. An-nuur [24] : 26).
 Semoga kita bisa menjaga keberkahan proses dari awal hingga akhir.
Dalam ikhtiar menjemput jodoh, kita harus YAKIN bahwa jodoh kita takkan pernah tertukar. Kita pun harus menyertakan Allah dalam setiap mengambil keputusan terkait jodoh ini, selalu istikharah memohon petunjuk-Nya Dan yang tak kalah penting, perbanyak amal shalih, semakin dekat ke Allah dan menjauhi apa-apa yang dilarangNya. Tidak bermaksiat ketika proses menjemput jodoh itu berlangsung. Tidak ada jalan berdua yang akan mendekati zina. Jadi, hal yang paling tepat untuk dilakukan dalam penantian bertemu dengan jodoh hanyalah memperbaiki diri. Yakinlah, ketika diri ini sedang berusaha memperbaiki diri, maka ia-pun yang entah berada di belahan bumi yang mana, yang telah tertulis dalam kitabNya, juga sedang berusaha memperbaiki diri. Dan semoga Allah mempertemukan kita dengannya dalam kondisi keimanan terbaik yang mampu untuk diusahakan.
Ada banyak hal yang bisa kita lakukan dalam ikhtiar menjemput jodoh. Selain berikhtiar mencari atau meminta dicarikan pendamping hidup, satu hal yang paling penting adalah mempersiapkan diri menuju gerbang pernikahan. Bukan, bukan persiapan hari H resepsi pernikahan yang cuma satu hari yang aku maksudkan di sini. Tapi, hari-hari setelah hari H: sudah siapkah kita menjadi seorang suami/istri, sudah siapkah kita menjadi ayah/ibu, sudah siapkah kita menjadi seorang menantu, sudah siapkah kita menjadi adik/kakak ipar, sudah siapkah kita menjadi bagian dari keluarga besar suami/istri kita, dan sudah siapkah kita menjadi seorang tetangga? Dan pertanyaan utama yang patut dipertanyakan adalah akan dibawa ke mana bahtera rumah tangga kita nantinya??
Maka, Sahabat, mari kita menunggu saat itu tiba dengan menyibukkan diri dengan hal-hal yang bermanfaat, bukan saja menyiapkan diri menuju gerbang pernikahan, tapi juga menyibukkan diri dengan amanah yang saat ini kita emban. Jangan sampai kita focus menyiapkan diri menuju pernikahan tapi malah menelantarkan apa-apa yang saat ini Allah amanahkan kepada kita. ^_^

0 komentar:

Posting Komentar