MENYEMPURNAKAN JILBAB
Sejauh mana seorang muslimah memahami makna dari kerudung dan jilbab, ini memerlukan proses pembelajaran untuk meyempurnakan pemahaman terhadap dua hal tersebut. Perintah (kewajiban) dari Allah SWT bagi seorang muslimah untuk menggunakan kerudung terdapat dalam dalam QS. An Nur;31, dikatakan, bahwa wanita muslimah dilarang menampakkan perhiasannya, kecuali yang biasa ditampakkannya. Dalam hal ini para ulama sepakat, bagian wanita yang boleh dilihat oleh laki-laki asing (bukan muhrimnya) hanya wajah dan telapak tangannya.
Dan Allah SWT memerintahkan kepada wanita muslimah untuk mengulurkan kerudungnya (khimar) sampai ke dadanya. Artinya, perintah dari Allah SWT kepada wanita muslimah untuk menutup rambutnya, sehingga hanya terlihat wajahnya saja.
jadi jelas syarat yang memenuhi syariat Islam dalam berkerdung yaitu mengulurkannya sampai ke dada.
MEMAKAI KERUDUNG DENGAN CARA DILILITKAN KE LEHER, DIMASUKKAN KE DALAM BAJU, ATAU YANG TERLIHAT BAGIAN LEHERNYA SANGAT BERTENTANGAN DENGAN PERINTAH ALLAH SWT. MAKA WANITA MUSLIMAH JENIS INI BELUM MEMAHAMI MAKNA HAKIKI DARI KERUDUNG ITU SENDIRI.
NIAT SAHABAT-SAHABAT KITA INI SUDAH BAGUS, YAKNI KEINGINAN UNTUKMENUTUP AURAT, SEBUAH KESALAHAN KALAU KITA YANG SUDAH PAHAM MENCELA, APALAGI SAMPAI MEMBUAT WANITA MUSLIMAH YANG BELUM MEMAKAI KERUDUNG SESUAI DENGAN SYAR’I (BELUM SEMPURNA) INI MELEPAS KERUDUNGNYA.
YANG HARUS DILAKUKAN ADALAH MENYOSIALISIKAN DAN MENDORONG SAHABAT-SAHABAT MUSLIMAH UNTUK MNYEMPURNAKAN PEMAKAIAN KERUDUNG DAN MENGGUNAKAN JILBAB.
Kalau di Indonesia, kerudung(khimar) dibilang (sama dengan) jilbab, padahal dalam Al Qur’an, kedua istilah tersebut sangat berbeda.
Hampir rata-rata orang Indonesia salah memaknai jilbab dan kerudung. Yang namanya sudah berkerudung, berarti wanita muslimah tersebut sudah berjilbab. Padahal perintah (wajib) menggunakan jilbab terdapat dalam QS. Al Ahzab: 59.
Jilbab itu adalah pakaian yang menutupi seluruh tubuh, mulai dari pundak/ kepala sampai leher tertutup hingga seluruh tubuh (kecuali wajah dan telapak tangan).
Jadi, sebuah kesalahan jika mengatakan jilbab itu sama dengan kerudung. Supaya sederhana memahaminya, kerudung adalah penutup kepala yang diulurkan sampai ke dada, sedangkan jilbab adalah pakaian yang menutupi seluruh bagian tubuh atau sering disebut dengan baju gamis (baju sambung/ tidak terpisah pakaian atas dengan yang dibawahnya atau memakai rok).
Dalam QS. Al Ahzab:59 jelas perbedaan antara jilbab dan kerudung. Syarat jilbab itu sendiri adalah pakaian longgar yang long dress, tak menampakkan lekuk-lekuk tubuhnya. tidak transparan, warna tak mencolok, tidak ketat.Pemahaman ini harus terus disosialisasikan kepada umat. Alhamdulillah, wanita muslimah masa kini sudah tak malu memakai kerudung, dan yang harus dipahamkan sekarang bagaimana cara menyempurnakannya setelah memakai kerudung.
Pertanyaan selanjutnya setelah memakai kerudung, yaitu “Bisa ga ya kalau pergi ke kantor (kerja) atau kuliah/sekolah memakai jilbab? Kan ga praktis, enaknya pakai yang pendek-pendek, pakai yang keat-ketat, lebih praktis..”
Wanita muslimah yang dimuliakan Allah SWT, ketika Allah SWT menurunkan perintah (wajib) bagi wanita muslimah untuk menggunakan jilbab (baju kurung/baju gamis), maka sungguh tak akan menghambat wanita muslimah untuk melakukan pekerjaan atau berbagai hal.
Ada sebuah kisah menarik yang diceritakan oleh Ustadzah Ir. Nani Wijayati, Pengasuh Women Study on Islam. “Saya sendiri punya pengalaman. Karena saya berlatarbelakang di bidang pertanian. Dulu, pada saat saya masih belajar untuk memakai kerudung, awalnya berproses. Pakai kerudung, bagi yang tak punya busana muslim apalagi jilbab, hanya mempunyai celana dan kaos panjang, ya pakaila celana dan kaos panjang saja.
Tapi ketika saya telah mengaji dan mengaji, saya berpikiran, “malu ya kalau kelihatan bentuk tubuh, termasuk kalau pakai celana panjang,” sehingga saya memakai rok.
Setelah ganti rok, kemudian saya mengaji lagi. Saya merasa belum sempurna hingga saya memakai jilbab (baju kurung/gamis, pakaian yang tak terpisah bagian atas dengan yang bawahnya/rok).
Pada saat itu tantangan yang saya hadapi justru, karena pertanian, saya ada praktik lapangan yaitu membajak sawah dengan traktor besar.
Dosen saya kebetulan non muslim, dan dia mengatakan, “Besok praktik lapangan, saya tidak bertanggung jawab atas orang yang tak pakai celana panjang dan kemudian ia kecelakaan saat mengendarai traktor.”
Kita yang pakai kerudung saling liat-liatan, bingung, kita kan dah biasa pakai rok, malu kalau pakai celana (panjang) lagi.
Akhirnya, saya dan beberapa teman menjadi takut karena ancaman dosen tersebut, daripada kena marah dosen, saya dan beberapa teman berpikiran untuk praktik kali ini pakai celana panjang.
Tapi saya mencoba untuk membuktikan, kalau memang saya yakin menggunakan jilbab ini tidak akan menghalangi saya, InsyaAllah Allah SWT akan menolong dan melindungi saya. Keesokan harinya saya dan 2 orang teman saya datang dengan menggunakan jilbab.
Dilapangan di traktor, orang-orang melihat aneh kepada saya, orang-orang sudah pakai celana panjang kita masih pakai jilbab.
Tapi saya ingin membuktikan saya harus hati-hati, yang pentingkan begitu, mau pakai celana panjang atau jilbab, kucina harus hati-hati.
Dan saya setir traktor tersebut tanpa pendamping, kalau yang lain pakai celana panjang pakai pendamping, saya coba, saya buktikan, saya setir traktor sendiri, puter-puter berkali-kali tanpa pendamping, tapi toh Alhamdulillah saya tak celaka.
Artinya, kembali kepada kitanya, InsyaAllah kalau kita mengangap perkara menggunakan jilbab adalah WAJIB dan benar, pasti Allah SWT akan memudahkan.
Sebaliknya, kalau kita ragu, tidak akan pernah kita mampu untuk menyempurnakan jilbab.”
Ada kisah yang menarik, seorang akhwat (wanita muslimah) ketika awal memulai karirnya di dunia pekerjaan, ia awalnya tak menggunakan kerudung.
Tapi setelah ia mulai mengenal Islam lebih dalam, ia mengaji, perlahan tapi pasti ia berusaha untuk bertingkah laku Islami, ia mulai menggunakan kerudung.
Pada saat itu, bosnya kaget melihat perubahan pada wanita muslimah tersebut yang menggunakan kerudung. Akhirnya bos tersebut marah dan meminta stafnya (wanita muslimah) ini untuk melepas kerudungnya.
Pertanyaan besarnya, “jika kejadian ini menimpa juga teman-teman kita yang lain, apa yang harus dilakukan oleh wanita muslimah?”
Tidak ada hubungan diantara manusia dengan manusia, yang tidak bisa dikomunikasikan.
Jika ada kasus yang serupa dengan di atas, secara legal tak ada aturan pemerintah yang melarang, hal tersebut hanya kebijakan personal dari atasannya yang menilai hal tersebut tak pantas (stafnya yang memakai jilbab).
Maka bagi wanita muslimah yang memahami apa yang mereka lakukan memiliki dasar yang jelas (berdasarkan Al Qur’an dan Sunah), yang harus dilakukan adalah mengkomunikasikan dengan baik dengan atasan tersebut. Jangan dulu berprasangka (su’udzon) dengan atasan, bisa jadi hal itu dilakukan atasan karena ia belum paham atau mereka ga suka.
Artinya untuk mengubah atasan dari yang tak suka menjadi suka atas wanita muslimah (stafnya) yang memakai jilbab, butuh proses komunikasi.
Yang harus dilakukan adalah mengomunikasikan keatasan dengan baik perihal mengapa seorang wanita muslimah (stafnya) memutuskan untuk (berubah) berkerudung dan berjilbab, dan perubahan itu tak mempengaruhi etos kerja seorang muslimah dalam pekerjaannya. Itulah sebenarnya komitmen muslimah tersebut ketika bekerja di dalam perusahaan.
Jadi, jika muslimah itu sendiri merasa, “ini pantes ga ya, ini dilarang ga ya?” ini kan perasaan yang mempengaruhi, bahwa kita tidak boleh menyerahkan keputusan kita hanya dengan perasaan, itukan buat orang yang rasional.
Makanya jangan pernah menyerah, jangan mundur untuk berkerudung dan bejilbab ketika tantangan itu ada di jaman saat ini. Kalau kita bisa menunjukkan kapabilitas kita memang dibutuhkan dalam perusahan itu, maka masalah pakaian bukan menjadi permasalahan utama lagi.
Ketika hal ini berhasil dilakukan, maka akan seperti bola es dan magnet, yang lain akan terpengaruh (baik), “wah ternyata berjilbab itu indah ya, nyaman dan tak menakutkan, ternyata kita bisa mengerjakan tugas di perusahaan dengan baik dan professional.”
Di dalam memahami islam, apapun termasuk dalam ibadah, pakaian, gaya hidup kita, semua ada tuntunannya di dalam Islam, sehingga kita jangan pernah berhenti untuk mencari dan menggali serta memahami tuntunan yang telah Allah SWT berikan melaui Rosululloh Muhammad Saw untuk ita jadikan sebagai gaya hidup kita. Baik dalam berpakaian sehari-hari, menjalin hubungan dengan manusia yang lain, membentuk ikatan yang harmonis dalam ikatan keluarga, menata persaudaraan dll, jangan pernah lepas dari tuntunan Allah SWT dan Rosul Nya Muhammad Saw.
INTINYA MAH, YANG MASIH MEMAKAI KERUDUNG (PAKAIANNYA MASIH TERPISAH ANTARA BAGIAN ATAS DENGAN BAGIAN BAWAH/MEMAKAI ROK), SEMOGA LANTARAN MEMBACA ARTIKEL INI TERDORONG UNTUK MENYEMPURNAKAN MEMAKAI JILBAB).
semoga Allah SWT memudahkan untuk memakai keduanya.
Ustadzah: Ir. Nani Wijayati, Pengasuh Women Study on Islam
Dalam kumpulan Artikel Alghifari, Mahasiswa STKS Bandung
alfahrisi.wordpress.com
gambaran umum tentang kerudung dan jilbab
bagian merah disebut kerudung, warna biru disebut jilbab, di dalamnya ada pakain lagi.
semoga Allah Swt memudahkan untuk memakai keduanya.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar